SOP FISIOTERAPI DADA
Tujuan :
- Meningkatkan efisiensi pola pernafasan.
- Membersihkan jalan nafas.
Persiapan alat :
- Pot sputum berisi desinfektan.
- Kertas tissue.
- Dua balok tempat tidur ( untuk drainage postural ).
- Satu bantal.
- Stetoskop.
Prosedur Kerja :
Drainage postural :
- Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan
- Cuci tangan.
- Atur posisi :
- Semi fowler bersandar ke kanan ,ke kiri lalu ke depan apabila daerah yang akan didrainage pada lobus atas bronkus apical.
- Tegak dengan sudut 45 derajat membungkuk kedepan pada bantal dengan 45 derajat kekiri dan kanan apabila daerah yang akan didrainase bronkus posterior.
- Berbaring dengan bantal di bawah lutut apabila yang akan didrainase bronkus anterior.
- Posisi trendelenburg dengan sudut 30 derajat atau dengan menaikkan kaki tempat tidur 35 – 40 cm,sedikit miring kekiri apabila yang akan didrainase pada lobus tengah ( bronkus lateral dan medial ).
- Posisi trendelenburg dengan sudut 30 derajat atas dengan menaikkan kaki tempat tidur 35 – 40 cm,sedikit miring kekanan apabila daerah yang akan didrainase bronkus superor dan inferior.
- Condong dengan bantal dibawah panggul apabila yang akan didrainase bronkus apical.
- Posisi trendelenburg dengan sudut 45 derajat atau dengan menaikkan kaki tempat tidur 45 – 50 cm ke samping kanan apabila yang akan didrainase bronkus medial.
- Posisi trendelenburg dengan sudut 45 derajat atau dengan menaikkan kaki tempat tidur 45 – 50 cm ke samping kiri apabila yang didrainase bronkus lateral.
- Posisi trendelenburg condong dengan sudut 45 derajat dengan bantal di bawah panggul apabila yang didrainase bronkus posterior.
- Lama pengaturan posisi pertama kali adalah 10 menit,kemudian periode se-
Lanjutnya kurng lebih 15 – 30 menit.
- Lakukan observasi tanda vital selama prosedur.
- Setelah pelaksanan drainage postural lakukan clpping,vibrasi dan pengisapan (suction ).
- Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
Clapping dan vibrasi :
- Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan.
- Cuci tangan.
- Atur posisi dengan drainase postural dan lokasi paru.
- Lakukan clapping dan vibrasi pada :
· Seluruh lebar bahu atau meluas beberapa jari ke klavikula apabila daerah paru yang perlu diclapping / vibrasi adalah daerah bronkus apical.
· Lebar bahu masing masing sisi apabila yang akan di clapping dan vibrasi adalah bronkus posterior.
· Dada depan di bawah klavikula apabila yang akan di clapping dan vibrasi adalah bronkus anterior.
· Anterior dan lateral dada kanan dan lipat ketiak sampai midanterior dada apabila yang di clapping dan vibrasi adalah daerah lobus tengah ( bronkus lateral dan medial ).
· Lipat ketiak kiri sampai midanterior dada apabila yang di clapping dan vibrasi adalah daerah bronkus superior dan inferior.
· Sepertiga bawah kosta posterior kedua sisi apabila yang di clapping dan vibrasi adalah daerah bronkus apical.
· Sepertiga bawah kosta posterior kanan apabila yang di clapping dan vibrasi adalah daerah bronkus lateral.
· Sepertiga bawah kosta posterior kedua sisi,apabila yang di clapping dan vibrasi adalah daerah bronkus posterior
- Lakukan clapping dan vibrasi kurang lebih selama 1 menit.
- Setelah dilakukan tindakan drainase postural, clapping, dan vibrasi dapat dilakukan tindakan penghisapan lendir.
- Lakukan auskultasi pada daerah paru yang dilakukan tindakan drainage postural,clapping, dan vibrasi.
- Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
SOP PENGISAPAN LENDIR (SUCTION)
Tujuan :
- Membersihkan jalan napas
- Memenuhi kebutuhan oksigenasi
Persiapan Alat :
- Alat penghisap lendir dengan botol berisis larutan desinfektan
- Kateter penghisap lendir steril
- Pinset steril
- Sarung tangan steril
- Dua kom berisis larutan aquades atau NaCl 0,9 % dan larutan desinfektan
- Kasaa steril
- Kertas tissue
- Stetoskop
Prosedur kerja :
- Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan.
- Cuci tangan.
- Tempatkan pasien pada posisi terlentang dengan kepala miring kearah perawat
- Gunakan sarung tangan
- Hubungkan kateter penghisap dengan selang alat penghisap
- Lakukan penghisapan lendir dengan memesukkan kateter penghisap kedalam kom berisis aquadest atau NaCl 0,9 % untuk mempertahankan tingkat kesterilan (asepsis)
- Masukkan kateter penghisap dalam ktidak menghisap
- Gunakan alat penghisap dengan tekanan 110-115 mmHg untuk dewasa, 95-110 mmHg untuk anak-anak, dan 50-95 mmHg untuk bayi
- Tarik dengan memutar kateter penghisap tidak lebih dari 15 detik
- Bilas kateter dengan aquadest atau NaCl 0,9 %
- Lakukan pengisapan antara pengisapan pertama dengan berikutnya. Minta pasien untuk bernapas dalam dan batuk. Apabila pasien mengalami distress pernapasan, biarkan istirahat 20-30 detik sebelum melakukan pengisapan berikutnya.
- Setelah selesai, kaji jumlah, konsistensi, warna, bau secret, dan respon pasien terhadap prosedur yang dilakukan
- Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
SOP PENGATURAN POSISI (Body aligment)
A. POSISI SIM
Pada posisi ini pasien berbaring miring baik ke kanan atau ke kiri.
Tujuan:
· Memberikan kenyamanan
· Melakukan huknah
· Memberikan obat per anus
· Memberikan pemeriksaan daerah anus
Alat dan bahan:
Bantal
Prosedur pelaksanaan:
1. Cuci tangan
2. Lakukan persiapan seperti di uraikan di atas
3. Tempatkan kepala datar di tempat tidur
4. Tempatkan pasien dalam posisi telentang
5. Posisikan pasien dalam posisi miring yang sebagian pada abdomen
6. Tempatkan bantal kecil di bawah kepala
7. Tempatkan bantal di bawah lengan atas yang di fleksikan, yang menyokong lengan setinggi bahu. Sokong lengan lain di atas tempat tidur.
8. Tempatkan bantal di bawah tungkai atas yang di fleksikan, yang menyokong tungkai setinggi panggul.
9. Tempatkan bantal pasien paralel dengan permukaan plantar kaki.
10. Turunkan tempat tidur.
11. Observasi posisi sejajaran tubuh, tingkat kenyamanan, dan titik potensi tekanan.
12. Cuci tangan
13. Catat prosedur, termasuk posisi yang di tetapkan, kondisi kulit, gerakan sendi, kemampuan pasien membantu bergerak, dan kenyamanan pasien.
B. POSISI TRENDELENBURG
Posisi ini menempatkan pasien di tempat tidur dengan bagian kepala lebih rendah dari bagian kaki.
Tujuan:
Melancarkan peredaran darah ke otak
Alat dan bahan:
1. Bantal
2. Tempat tidur khusus
3. Balok penopang kaki tempat tidur
Prosedur pelaksanaan:
1. Jelaskan prosedur yang akan di lakukan
2. Cuci tangan
3. Pasien dalam keadaan berbaring telentang
4. Tempatkan bantal di antara kepala dan ujung tempat tidur pasien
5. Tempatkan bantal di bawah lipatan lutut
6. Tempatkan balok penopang di bagian kaki tempat tidur
7. Atau atur tempat tidur khusus dengan meninggikan bagian kaki pasien
8. Cuci tangan
C. POSISI DORSAL RECUMBENT
Pada posisi ini, pasien di tempatkan pada posisi telentang dengan kedua lutut fleksi di atas tempat tidur.
Tujuan:
1. Perawatan daerah genitalia
2. Pemeriksaan genitalia
3. Posisi pada proses persalinan
Alat dan bahan:
1. Bantal
2. Tempat tidur khusus
3. Selimut
Prosedur pelaksanaan:
1. Jelaskan prosedur pada pasien yang akan di lakukan
2. Cuci tangan
3. Pasien dalam keadaan berbaring (telental)
4. Pakaian bawah di buka
5. Tekuk lutut dan di renggangkan
6. Pasang selimut untuk menutupi area genitalia
7. Cuci tangan setelah prosedur di lakukan
D. POSISI LITOTOMI
Pada posisi ini, pasien di tempatkan pada posisi telentang dengan mengangkat kedua kaki dan di tarik ke atas abdomen.
Tujuan:
1. Pemeriksaan alat genitalia
2. Proses persalinan
3. Pemasangan alat kontrasepsi
Alat dan bahan:
1. Bantal
2. Tempat tidur khusus
3. Selimut /kain penutup
Prosedur pelaksanaan:
1. Jelaskan prosedur yang akan di lakukan
2. Cuci tangan
3. Pasien dalam keadaan berbaring (telentang)
4. Angkat kedua paha dan tarik ke atas abdomen
5. Tungkai bawah membentuk sudut 90 terhadap paha
6. Letakkan bagian lutut /da penyangga kaki di tempat tidur khusus untuk posisi litotomi
7. Pasang selimut
8. Cuci tangan setelah prosedur di lakukan
E. POSISI GENU PEKTORAL (KNEE CHEST)
Pada posisi ini genu pectoral, pasien menugging dengan kedua kaki di tekuk dan dada menempel pada bagian alas tempat tidur.
Tujuan:
Pemeriksaan daerah rectum dan sigmoid
Alat dan bahan:
1. Tempat tidur
2. Selimut
Prosedur pelaksanaan:
1. Jelaskan prosedur yang akan di lakukan
2. Cuci tangan
3. Minta pasien untuk mengambil posisi menungging dengan kedua kaki di tekuk dan dada menempel pada matras tempat tidur
4. Pasang selimut untuk menutupi daerah parineal pasien
5. Cuci tangan setelah prosedur di lakukan.
F. POSISI FOWLER
Pengertian: Posisi fowler merupakan posisi tempat tidur dengan menaikkan kepala dan dada setinggi 45-90 tanpa fleksi lutut
Tujuan:
· Membantu mengatasi masalah kesulitan pernapasan dan kardiovaskular
· Melakukan aktivitas tertentu
Persiapan alat:
· Tempat tidur
· Bantal kecil
· Gulungan handuk
· Bantalan kaki
· Sarung tangan jika di perlukan
Prosedur pelaksanaan:
1. Cuci tangan
2. Minta pasien untuk memfleksikan lutut sebelum kepala di naikkan
3. Naikkan kepala tempat tidur 45-90 sesuai kebutuhan. Fowler rendah atau semi-fowler (15-45), fowler tinggi 90
4. Letakkan bantal kecil di bawah punggung pada kurva lumbal, jika ada celah disana
5. Letakkan bantal kecil di bawah pasien
6. Letakkan bantal di bawah kaki, mulai dari lutut sampai tumit
7. Pastikan tidak terdapat tekanan pada area popliteal dan lutut dalam keadaan fleksi
8. Letakkan gulungan handuk di samping masing-masing paha
9. Topang telapak kaki pasien dengan menggunakan bantalan kaki
10. Letakkan bantal untuk menopang kedua lengan dan tangan, jika pasien memiliki kelemahan pada kedua tangan tersebut
11. Cuci tangan
12. Dokumentasikan tindakan
G. POSISI ORTOPNEA
Pengertian: posisi ortopnea merupakan adaptasi dari posisi fowler tinggi, pasien duduk di tempat tidur atau di tepi tempat tidur dengan meja yang menyilang di atas tempat tidur.
Tujuan:
· Membantu mengatasi masalah kesulitan pernapasan dengan memberikan ekspansi dada maksimum
· Membantu klien yang mengalami masalah ekshalasi
Persiapan alat:
· Tempat tidur
· Bantal kecil
· Gulungan handuk
· Bantalan kaki
· Sarung tangan jika di perlukan
Prosedur pelaksanaan:
1. Cuci tangan
2. Minta pasien untuk memfleksikan lutut sebelum kepala di naikkan
3. Naikkan kepala tempat tidur 90
4. Letakkan bantal kecil di atas meja yang menyilang di atas tempat tidur
5. Letakkan bantal di bawah kaki, mulai dari lutut sampai tumit
6. Pastikan tidak terdapat tekanan pada daerah popliteal dan lutut dalam keadaan fleksi
7. Letakkan gulungan handuk disamping masing-masing paha
8. Topang telapak kaki pasien menggunakan bantalan kaki
9. Cuci tangan
10. Dokumentasikan tindakan
H. POSISI TELENTANG (SUPINASI)
Posisi telentang adalah posisi pasien berbaring telentang dengan kepala dan bahu sedikit elevasi dengan menggunakan bantal.
Tujuan:
· Untuk pasien pascaoperasi dengan anestesi spinal
· Mengatasi masalah yang timbul akibat pemberian posisi pronasi tang tidak tetap
Persiapan alat:
· Tempat tidur
· Bantal angin
· Gulungan handuk
· Bantal kaki
· Sarung tangan jika di perlukan
Prosedur pelaksanaan:
1. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan jika perlu
2. Baringkan pasien telentang mendatar di tengah tempat tidur
3. Letakkan bantal dibawah kepala dan bahu pasien
4. Letakkan bantal kecil di bawah punggung pada kurva lumbal
5. Letakkan bantal dibawah kaki, mulai dari lutut sampai tumit
6. Topang telapak kaki pasien dengan menggunakan bantalan kaki
7. Jika pasien tidak sadar atau mengalami paralisis ekstremitas atas, elevasikan tangan dan lengan bawah dengan menggunakan bantal
8. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan anda
9. Dokumentasikan tindakan
I. POSISI TELENGKUP (PRONASI)
Pengertian: posisi pronasi adalah posisi pasien berbaring di atas abdomen dengan kepala menoleh ke samping.
Tujuan:
· Memberikan ekstensi penuh pada persendian pinggul dan lutut
· Mencegah fleksi kontraktur dari persendian pinggul dan lutut
· Membantu drainase dari mulut sehingga berguna bagi pasien pascaopersi mulut dan tenggorokan
Persiapan alat:
· Tempat tidur
· Bantal kecil
· Gulungan handuk
· Sarung tangan jika di perlukan
Prosedur pelaksanaan:
1. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan jika di perlukan
2. Baringkan pasien telentang mendatar di tengah tempat tidur
3. Gulingkan pasien dan posisikan lengan dekat dengan tubuhnya disertai siku lurus dan tangan di atas paha. Posisikan tengkurap/telungkup di tengah tempat tidur yang datar
4. Putar kepala pasien ke salah satu sisi dan sokong dengan bantal. Jika banyak drainase dari mulut, mungkin pemberian bantal dikontraindikasikan
5. Letakkan bantal kecil di bawah abdomen pada area antara diafragma (atau payudara pada wanita) dan Krista iliaka
6. Letakkan bantal di bawah kaki, mulai dari lutut sampai tumit
7. Jika pasien tidak sadar atau mengalami paralisis ekstremitas atas, elevasikan tangan dan lengan bawah dengan menggunakan bantal
8. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
9. Dokumentasikan tindakan
J. POSISI LATERAL
Pengertian: posisi lateral adalah posisi pasien berbaring pada salah satu sisi bagian tubuh dengan kepala menoleh ke samping.
Tujuan:
· Mengurangi lordosis dan meningkatkan kelurusan punggung yang baik
· Baik untuk posisi tidur dan istirahat
· Membantu menghilagkan tekanan pada sekrum dan tumit
Persiapan alat:
· Tempat tidur
· Bantal kecil
· Gulungan handuk
· Sarung tangan jika di perlukan
Prosedur pelaksanaan:
1. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan jika di perlukan
2. Baringkan pasien telentang mendatar di tengah tempat tidur
3. Gulingkan pasien hingga posisinya miring
4. Letakkan bantal di bawah kepala dan leher pasien
5. Fleksikan bahu bawah dan posisikan ke depan sehingga tubuh tidak menopang bahu tersebut
6. Letakkan bantal di bawah lengan atas
7. Letakkan bantal di bawah paha dan kaki sehingga ekstremitas bertumpu secara paralel dengan permukaan tempat tidur
8. Letakkan bantal guling di belakang punggung pasien untuk menstabilkan posisi
9. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
10. Dokumentasikan tindakan
SOP PEMBERIAN OKSIGEN
Tujuan :
- Memenuhi kebutuhan oksigen.
- Mencegah terjadinya hipoksia.
Alat dan bahan :
- Tabung oksigen lengkap dengan flow meter dan humidifier.
- Kateter nasal, kanula nasal, atau masker.
- Vaselin/jeli.
Prosedur kerja
Kateter nasal
- Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
- Cuci tangan.
- Atur aliran oksigen sesuai dengan kecepatan yang dibutuhkan, biasanya 1-6 liter/ menit. Kemudian, observasi humidifier dengan melihat air bergelembung.
- Atur posisi dengan semi Fowler.
- Ukur kateter nasal dimulai dari lubang telinga sampai ke hidung dan berikan tanda.
- Buka saluran udara dari tabung oksigen.
- Berikan minyak pelumas (vaselin/jeli).
- Masukkan ke dalam hidung sampai batas yang ditentukan.
- Lakukan pengecekan kateter apakah sudah masuk atau belum dengan menekan lidah pasien menggunakan spatel (akan terlihat posisinya di belakang uvula).
- Fiksasi pada daerah hidung.
- Periksa kateter nasal setiap 6-8 jam.
- Kaji cuping, septum, dan mukos hidung serta periksa kecepatan aliran oksigen setiap 6-8 jam.
- Catat kecepatan aliran oksigen, rute pemberian dan respon pasien.
- Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
Kanula nasal
- Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
- Cuci tangan.
- Atur aliran oksigen sesuai dengan kecepatan yang dibutuhkan, biasanya 1-6 liter/ menit. Kemudian observasi humidifier pada tabung dengan adanya gelembung air.
- Pasang kanula nasal pada hidung dan atur pengikat untuk kenyamanan pasien.
- Periksa kanula tiap 6-8 jam.
- Kaji cuping, septum, dan mukosa hidung serta periksa kecepatan aliran oksigen tiap 6-8 jam.
- Catat kecepatan aliran oksigen , rute pemberian, dan respon pasien.
- Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
Masker oksigen
- Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
- Cuci tangan.
- Atur posisi dengan semi Fowler.
- Atur aliran oksigen sesuai dengan kecepatan yang dibutuhkan (umumnya 6-10 liter/menit). Kemudian observasi humidifier pada tabung air yang menunjukkan adanya gelembung.
- Tempatkan masker oksigen di atas mulut dan hidung pasien dan atur pengikat untuk kenyamanan pasien.
- Periksa kecepatan aliran tiap 6-8 jam, catat kecepatan aliran oksigen, rute pemberian, dan respon pasien.
- Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar